Keraton Kasepuhan Cirebon adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja. Keraton Kasepuhan yang dibangun sekitar tahun 1529 sebagai perluasan dari Keraton tertua di Cirebon, Pakungwati, yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana, pendiri Cirebon pada 1445. Keraton Pakungwati terletak di belakang Keraton Kasepuhan. Pangeran Cakrabuwana merupakan putra mahkota Pajajaran yang akhirnya memisahkan diri karena memeluk agama Islam. Beliau memiliki keponakan yang bernama Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayattulah, yang akhirnya menjadi Penguasa pertama Keraton Kasepuhan (dulunya Dalem Agung Pakungwati). Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari Wali Songo. Sunan Gunung Jati bertugas menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Keraton kasepuhan terletak di Jalan Lemahwungkuk dekat dengan Pelabuhan Cirebon. Pertama kali masuk kawasan keraton kita akan melihat pasar yang diisi dengan lapak barang dagangan. Saat sampai di depan Keraton Kasepuhan, kita dapat langsung melihat pendopo dengan bata merah yang merupakan khas majapahit. Kawasan pendopo tersebut bernama Siti Inggil.
Siti Inggil berasal dari kata Siti = tanah, Inggil = tinggi (dari bahasa Cirebon). Siti inggil dikelilingi tembok bata merah yang disusun menggunakan kuning telur. Dinding bata merah juga mendominasi arsitektur keraton yang lain. Di dalam Siti Inggil terdapat 5 buah bangunan tanpa dinding (seperti pondok lesehan) beratap sirap. Setiap bangunan tersebut memiliki ciri dan fungsi yang berbeda satu sama lain.
Keraton Kasepuhan Cirebon tidak fanatik dengan budaya dan agamanya sendiri. Ia berusaha menjalin persahabatan dan hubungan baik dengan berbagai pihak. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai orang yang toleran serta demokratis. Sikap demokratis itu bahkan tampak nyata dan diwujudkan dalam bentuk arsitektur campuran antara Islam, Hindu-Budha, dan Eropa.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja. Keraton Kasepuhan yang dibangun sekitar tahun 1529 sebagai perluasan dari Keraton tertua di Cirebon, Pakungwati, yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana, pendiri Cirebon pada 1445. Keraton Pakungwati terletak di belakang Keraton Kasepuhan. Pangeran Cakrabuwana merupakan putra mahkota Pajajaran yang akhirnya memisahkan diri karena memeluk agama Islam. Beliau memiliki keponakan yang bernama Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayattulah, yang akhirnya menjadi Penguasa pertama Keraton Kasepuhan (dulunya Dalem Agung Pakungwati). Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari Wali Songo. Sunan Gunung Jati bertugas menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Keraton kasepuhan terletak di Jalan Lemahwungkuk dekat dengan Pelabuhan Cirebon. Pertama kali masuk kawasan keraton kita akan melihat pasar yang diisi dengan lapak barang dagangan. Saat sampai di depan Keraton Kasepuhan, kita dapat langsung melihat pendopo dengan bata merah yang merupakan khas majapahit. Kawasan pendopo tersebut bernama Siti Inggil.
Siti Inggil berasal dari kata Siti = tanah, Inggil = tinggi (dari bahasa Cirebon). Siti inggil dikelilingi tembok bata merah yang disusun menggunakan kuning telur. Dinding bata merah juga mendominasi arsitektur keraton yang lain. Di dalam Siti Inggil terdapat 5 buah bangunan tanpa dinding (seperti pondok lesehan) beratap sirap. Setiap bangunan tersebut memiliki ciri dan fungsi yang berbeda satu sama lain.
Keraton Kasepuhan Cirebon tidak fanatik dengan budaya dan agamanya sendiri. Ia berusaha menjalin persahabatan dan hubungan baik dengan berbagai pihak. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai orang yang toleran serta demokratis. Sikap demokratis itu bahkan tampak nyata dan diwujudkan dalam bentuk arsitektur campuran antara Islam, Hindu-Budha, dan Eropa.
Informasi ini dipersembahkan oleh "Happy Car Rental"
( Sewa Mobil Murah Di Cirebon - Rental Mobil Murah Di Cirebon )
PT. Budhi Surya Sejahtera - Pondok Avicenna, Jl. Taman Pemuda No. 2 Cirebon
Telp. 08156407913 / 081298476511
( Sewa Mobil Murah Di Cirebon - Rental Mobil Murah Di Cirebon )
PT. Budhi Surya Sejahtera - Pondok Avicenna, Jl. Taman Pemuda No. 2 Cirebon
Telp. 08156407913 / 081298476511
0 komentar:
Posting Komentar