Mesjid Merah Panjunan merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin keramik atau jun.
Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari susunan batu bata merah yang pintu gapuranya memperlihatkan pengaruh Hindu dari jaman Majapahit yang banyak bertebaran di daerah Cirebon. Papan tengara yang terlihat pada foto menunjukkan bahwa Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan sebagai sebuah Benda Cagar Budaya.
Gapura Masjid Merah Panjunan yang susunan bata warna merahnya memberikan nama tengah kepada masjid ini. Adalah Panembahan Ratu yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati yang membangun tembok keliling Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari bata merah setinggi 1,5 m dan ketebalan 40 cm pada tahun 1949.
Inilah ruangan utama dan satu-satunya di Masjid Merah Panjunan, yang langit-langitnya ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Cina dan Eropa di masjid yang semula bernama al-Athyah ini.
Adalah karena adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio.
Mungkin hanya ada di Cirebon bahwa sebuah bangunan masjid seperti Masjid Merah Panjunan ini pada bangunan mihrabnya, yaitu bagian yang menunjukkan arah kiblat, dihiasi dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk Paduraksa juga memperlihatkan pengaruh budaya lama. Menariknya, selain keramik Cina juga terdapat keramik buatan Belanda yang menempel pada dinding Masjid Merah Panjunan ini.
Salah satu keramik yang halus dan indah pada dinding bata Masjid Merah Panjunan, bergambar burung merak yang tengah memamerkan bulu-bulu indahnya di bagian tengah dan kiri-kanan piring, seekor singa melangkah anggun yang salah satu kakinya menginjak ular, dua buah naga bersungut empat melingkar piring, serta motif bunga di sana sini.
Tidak ada tulisan kaligrafi Arab indah yang berbunyi Allah dan Muhammad di tembok kiri dan kanan depan Masjid Merah Panjunan, sebagaimana banyak dijumpai pada bangunan masjid lain. Di Masjid Merah Panjunan, tulisan itu terdapat di bagian atas mihrab di dalam sebuah kotak kecil berbentuk wajik.
Yang menarik pada pilar Masjid Merah Panjunan adalah bentuk pilar bulat dengan umpak yang juga berbentuk bulat hanya terdapat di baris depan, yang tampaknya berfungsi sebagai Soko Guru, yang pada kebanyakan bangunan tradisional lain diletakkan dalam posisi segi empat. Pilar kayu lainnya berbentuk segi empat sebagaimana bentuk umpaknya.
Seorang jamaah tampak tengah melakukan rukuk di mihrab Masjid Merah Panjunan. Jika jeli, anda akan bertanya-tanya dimana mimbar Masjid Merah Panjunan berada. Di Masjid Merah Panjunan ini memang tidak ada mimbar, karenanya hanya digunakan untuk sholat sehari-hari, tidak untuk ibadah sholat Jumat, atau sholat berjamaah di Hari Raya Islam.
Belandar dan bagian dalam atap Masjid Merah Panjunan yang diunggah belakangan dengan susunan kayu simetris dan blandar segi empat yang meramping di bagian tengah dengan ornamen daun di tepiannya. Beduk dan kentongan Masjid Merah Panjunan yang terletak di sebelah kiri ruangan, bersebelahan dengan sebuah makam yang tidak diketahui siapa penghuninya. Sebuah papan berisi peringatan untuk memelihara situs Masjid Merah Panjunan dan ancaman hukuman bagi yang melanggarnya terlihat tergeletak menempel ke tembok. Ini karena beberapa keramik pada dinding Masjid Merah Panjunan pernah hilang dicongkel orang.
Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan Arab, namun pengaruh budaya Arab terlihat sangat sedikit pada arsitektur bangunan Masjid Merah Panjunan ini. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu.
Hanya berjarak kurang dari 50 meter dari Masjid Merah Panjunan (lihat peta) terdapat warung Mie Kocok Panjunan yang sangat nikmat rasanya di lidah saya. Anda harus mampir ke warung ini untuk merasakan kelezatan masakan mie kocok khas Cirebon yang sangat unik sebelum meninggalkan daerah Panjunan.
Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari susunan batu bata merah yang pintu gapuranya memperlihatkan pengaruh Hindu dari jaman Majapahit yang banyak bertebaran di daerah Cirebon. Papan tengara yang terlihat pada foto menunjukkan bahwa Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan sebagai sebuah Benda Cagar Budaya.
Gapura Masjid Merah Panjunan yang susunan bata warna merahnya memberikan nama tengah kepada masjid ini. Adalah Panembahan Ratu yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati yang membangun tembok keliling Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari bata merah setinggi 1,5 m dan ketebalan 40 cm pada tahun 1949.
Inilah ruangan utama dan satu-satunya di Masjid Merah Panjunan, yang langit-langitnya ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Cina dan Eropa di masjid yang semula bernama al-Athyah ini.
Adalah karena adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio.
Mungkin hanya ada di Cirebon bahwa sebuah bangunan masjid seperti Masjid Merah Panjunan ini pada bangunan mihrabnya, yaitu bagian yang menunjukkan arah kiblat, dihiasi dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk Paduraksa juga memperlihatkan pengaruh budaya lama. Menariknya, selain keramik Cina juga terdapat keramik buatan Belanda yang menempel pada dinding Masjid Merah Panjunan ini.
Salah satu keramik yang halus dan indah pada dinding bata Masjid Merah Panjunan, bergambar burung merak yang tengah memamerkan bulu-bulu indahnya di bagian tengah dan kiri-kanan piring, seekor singa melangkah anggun yang salah satu kakinya menginjak ular, dua buah naga bersungut empat melingkar piring, serta motif bunga di sana sini.
Tidak ada tulisan kaligrafi Arab indah yang berbunyi Allah dan Muhammad di tembok kiri dan kanan depan Masjid Merah Panjunan, sebagaimana banyak dijumpai pada bangunan masjid lain. Di Masjid Merah Panjunan, tulisan itu terdapat di bagian atas mihrab di dalam sebuah kotak kecil berbentuk wajik.
Yang menarik pada pilar Masjid Merah Panjunan adalah bentuk pilar bulat dengan umpak yang juga berbentuk bulat hanya terdapat di baris depan, yang tampaknya berfungsi sebagai Soko Guru, yang pada kebanyakan bangunan tradisional lain diletakkan dalam posisi segi empat. Pilar kayu lainnya berbentuk segi empat sebagaimana bentuk umpaknya.
Seorang jamaah tampak tengah melakukan rukuk di mihrab Masjid Merah Panjunan. Jika jeli, anda akan bertanya-tanya dimana mimbar Masjid Merah Panjunan berada. Di Masjid Merah Panjunan ini memang tidak ada mimbar, karenanya hanya digunakan untuk sholat sehari-hari, tidak untuk ibadah sholat Jumat, atau sholat berjamaah di Hari Raya Islam.
Belandar dan bagian dalam atap Masjid Merah Panjunan yang diunggah belakangan dengan susunan kayu simetris dan blandar segi empat yang meramping di bagian tengah dengan ornamen daun di tepiannya. Beduk dan kentongan Masjid Merah Panjunan yang terletak di sebelah kiri ruangan, bersebelahan dengan sebuah makam yang tidak diketahui siapa penghuninya. Sebuah papan berisi peringatan untuk memelihara situs Masjid Merah Panjunan dan ancaman hukuman bagi yang melanggarnya terlihat tergeletak menempel ke tembok. Ini karena beberapa keramik pada dinding Masjid Merah Panjunan pernah hilang dicongkel orang.
Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan Arab, namun pengaruh budaya Arab terlihat sangat sedikit pada arsitektur bangunan Masjid Merah Panjunan ini. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu.
Hanya berjarak kurang dari 50 meter dari Masjid Merah Panjunan (lihat peta) terdapat warung Mie Kocok Panjunan yang sangat nikmat rasanya di lidah saya. Anda harus mampir ke warung ini untuk merasakan kelezatan masakan mie kocok khas Cirebon yang sangat unik sebelum meninggalkan daerah Panjunan.
Informasi ini dipersembahkan oleh "Happy Car Rental"
( Sewa Mobil Murah Di Cirebon - Rental Mobil Murah Di Cirebon )
PT. Budhi Surya Sejahtera - Pondok Avicenna, Jl. Taman Pemuda No. 2 Cirebon
Telp. 08156407913 / 081298476511
( Sewa Mobil Murah Di Cirebon - Rental Mobil Murah Di Cirebon )
PT. Budhi Surya Sejahtera - Pondok Avicenna, Jl. Taman Pemuda No. 2 Cirebon
Telp. 08156407913 / 081298476511
0 komentar:
Posting Komentar